Minggu, 21 Desember 2008

CERITA MINI MISTERI (CERMIMIS)

9 PM

Walaupun hari ini terlihat cerah, tapi bagiku tidak. Hatiku tidak secerah hari ini. Wanita yang sangat sempurna ini yang berdiri dihadapanku ini akan segera meninggalkanku selama lima tahun untuk menyelesaikan kuliahnya diluar negeri.


“Egan kau berjanji akan menungguku kan? Aku pun berjanji akan kuliah dengan baik disana agar cepat selesai dan sepulang dari luar negeri kita akan langsung melaksanakan pernikahan kita.” Ucap Amanda sambil merangkul kekasihnya,


“Ya, aku akan menunggumu disini. Sebetulnya sih, aku ingin kita menikah dulu baru kau menyelesaikan kuliahmu diluar negeri. Setidaknya aku akan merasa tenang bila kita sudah menikah.”


“ya, aku tahu. Tapi kitakan sudah bertunangan dan aku pun tidak akan berpaling pada pria lain. Aku janji, aku akan segera kembali untukmu.”Ucap Amanda, lalu ia pun mencium pipi kanan Egan.


Keesokan paginya, aku beserta orangtua Amanda mengantarnya ke bandara. Sangat sulit bagiku untuk melepaskan wanita yang begitu sangat ku cintai ini pergi jauh dariku.


“Sayang, jangan lupa disana untuk selalu memberiku kabar.”


“Tentu Egan, aku pasti akan memberimu kabar dua jam sekali.” Jelas Amanda, lalu ia pun tersenyum. “Aku pasti akan kembali kesini untukmu, aku janji.”


Saat mereka berdua berjalan menuju pintu masuk kawasan penerbangan, seorang ibu-ibu yang menbawa minuman susu coklat dan sambil menuntun anaknya yang masih kecil itu tidak sengaja menubruk Amanda. Untung saja Amanda berhasil menjauh saat susu coklat itu akan tumpah mengenai bajunya, alhasil susu coklat itu tumpah mengenai jemari kanannya. Wanita itu pun segera meminta maaf pada Amanda. Jari jemari kanan Amanda pun terasa lengket karena terkena tumpahan susu cokelat tadi. Amanda pun segera melepaskan cincin tunangannya dan disimpannya didalam saku jaketnya. Lalu ia pun mengelap tangannya dengan tisu basah yang selalu dibawanya.


Tak terasa waktu penerbangan pun telah tiba. Amanda segera berpamitan pada kedua orang tuanya dan kekasihnya. Amanda pun mencium ke dua pipi Egan dan keningnya sebagai salam perpisahan.


“Jangan lupa untuk selalu mengingatku dimana pun kamu berada. Aku akan kembali untukmu.”


“aku akan menunggumu Amanda. Hati-hati disana.”


Amanda segera melangkahkan kakinya meninggalkan Egan dan keluarganya. Tapi baru beberapa langkah saja, Amanda membalikkan badannya dan berlari kearah kekasihnya lalu memeluk kekasihnya dengan sangat erat. Tiba-tiba ia melepaskan jaketnya dan diberikannya pada Egan.


“Simpanlah baik-baik jaketku ini sebagai tanda bahwa aku akan kembali untukmu.” Ucap Amanda. Lalu ia pun segera pergi meninggalkan kekasihnya.


Beberapa hari kemudian setelah Amanda sampai ditempat tujuannya, ia segera meneleponku. Tapi entah mengapa perasaanku hari ini sangat tidak enak hati. Dan saat aku menerima telepon dari kekasihku aku merasa sedih sekali. Entah mengapa perasaanku bisa begitu, tapi mungkin ini hanya perasaanku saja.


Setiap pagi dan malam ia selalu meneleponku atau mengirimiku email., Dan setiap dua jam sekali ia selalu mengabariku dengan mengirimiku email. Setiap aku menerima kabar darinya, aku selalu merasa sedih dan takut kehilangannya dirinya. Sebelum tidur aku menatapi foto kami berdua dan sambil menciumi harum parfum khas Amanda yang masih tetinggal pada jaket bulu kesayangannya. Iseng-iseng aku merogoh saku jaketnya dan tiba-tiba aku menemukan cincin tunangannya. Aku segera meneleponnya untuk memberitahukan bahwa cincin tunangannya tertinggal di saku jaketnya. Ia pun meminta maaf sambil menangis karena telah melepaskan cincin tunangannya.


Selama seminggu hubungan komunikasi kami sangat lancar. Tapi suatu hari, ia sama sekali tidak memberiku kabar. Terakhir kali ia mengabariku saat ia terjebak hujan lebat sepulangnya dari kuliah sore. Ya…mungkin ia sedang sibuk hari ini sehingga tidak sempat menghubungiku, pikirku. Tapi keesokannya ternyata ia pun tidak mengabariku sama sekali. Aku sangat cemas dan sangat mengkhawatirkannya. Aku mencoba menghubungi orang tuanya, dan ternyata Amanda pun belum memberikan kabar pada mereka dari kemarin. Aku sangat bingung dan tidak tahu harus melakukan apa. Aku sama sekali tidak mempunyai nomor telepon teman-temannya disana atau siapa pun yang bisa aku hubungi.


Keesokan harinya, Amanda tetap tidak mengabariku. Aku mengiriminya pesan sebanyak-banyaknya pada ponselnya dan emailnya, tapi ia tidak membalasnya satu pun. Pikiranku semakin kacau dan semakin cemas. Dan dari universitas tempatnya kuliah pun belum memberikan kabar sejak orang tuanya menghubungi kampusnya kemarin. Banyak kerjaan menumpuk yang belum dapat kuselesaikan. Pikiranku saat ini hanya memikirkan Amanda.


Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam sembilan malam. Tiba-tiba ponselku berdering. Aku pun segera mengangkat telepon yang berasal dari nomor pribadi itu. Aku pikir suara wanita itu adalah Amanda, tapi ternyata bukan. Ternyata salah sambung, wanita itu mencari kekasihnya bernama Dany. Siapa Dany aku tidak kenal!. Karena kesal menunggu telepon Amanda, aku pun membanting ponselku ke tempat tidur dan selanjutnya membanting diriku sendiri ke tempat tidurku.


Keesokannya, tetap belum ada kabar darinya. Dan saat tiba pukul sembilan malam, wanita itu menghubungiku lagi. Ia mengaku bernama Elisa.Menurutku ia wanita misterius, meneleponku dengan nomor pribadi sehingga aku tidak dapat mengetahui nomornya. Mungkin ada baiknya aku mengobrol dengan wanita ini agar pikiranku tidak terlalu kusut dan sambil menunggu kabar dari Amanda. Entah mengapa, aku merasa bahwa aku dan dirinya sangat cocok dalam membicarakan segala hal dan aku pun merasa nyaman saat mengobrol dengannya. Terkadang suaranya persis seperti suara Amanda. Setelah selesai mengobrol dengannya, tiba-tiba aku begitu merindukan Amanda. Aku pun segera mengambil kotak cincinku sebagai tempat menyimpan cincin milik Amanda. Dan tak percayanya diriku dengan apa yang ku lihat ini. Entah mengapa bisa begitu, tiba-tiba saja setelah aku membuka kotak cincinku ini, pada cincin tunangan milik Amanda terdapat noda darah. Aku pun segera membersihkan cincin tersebut dengan bingung dan perasaan gelisah.


Entah siapa wanita itu, ia selalu meneleponku saat jam sembilan malam. Ia selalu mengatakan padaku bahwa ia sangat mencintai kekasihnya yang hilang entah kemana. Aku tidak mengerti setiap apa yang ia bicarakan. Bagiku ia adalah wanita aneh dan mungkin gila. Dan yang lebih aneh lagi setiap wanita itu meneleponku dan curhat kepadaku mengenai kekasihnya yang hilang itu selalu ada kejadian aneh. Kejadian anehnya yaitu saat aku membuka kotak cincinku, pada cincin Amanda selalu terdapat noda darah. Dan apabila aku takut untuk membuka kotak cincin itu, kotak itu selalu bergerak-gerak dengan sendirinya didalam laci. Aku tidak mengerti dengan kejadian aneh yang menimpaku semenjak wanita bernama Elisa itu meneleponku. Dan sudah seminggu ia selalu meneleponku tepat jam sembilan malam.


Suatu malam saat Elisa meneleponku dan aku tidak mengangkat teleponnya. Tiba-tiba kotak cincin itu bergerak-gerak kembali didalam laci. Aku hanya memandangi laciku saja dengan perasaan takut. Entah mengapa saat wanita itu mulai meneleponku, aku melupakan Amanda begitu saja. Saat benar-benar aku tidak kuat lagi menghadapi kejadian ini, tiba-tiba suara bel pintu rumahku berbunyi. Aku segera berlari ke arah pintu dan sebelum membuka pintu, terlebih dahulu aku melihat keluar dengan membuka tirai jendela sedikit. Aku baru sadar bahwa malam ini turun hujan deras. Dan ternyata ada seorang wanita yang begitu kukenal sedang duduk diteras rumahku dengan baju yang basah kuyup karena kehujanan. Wanita itu duduk membelakangi rumahku. Dari rambutnya saja aku sudah tahu bahwa wanita itu adalah Amanda. Aku segera berlari keluar menemui wanita itu dengan perasaan bahagia.


“Sayang kenapa kau tidak mengabariku? Aku sangat mencemaskanmu Amanda.” Aku pun langsung memeluk kekasihku dengan sangat erat.


Aku segera membawanya masuk kerumah dan segera masuk kekamarku. Anehnya aku merasa heran dengan kedatangan Amanda yang begitu mendadak dan tak biasanya ia datang kerumahku tanpa menghubungiku dulu. Tapi aku tak peduli, yang penting aku bisa bertemu dengannya lagi. Tapi aku tetap tak bisa membohongi perasaanku sendiri. Aku merasa janggal dengan kedatangannya malam ini yang disertai hujan lebat. Dan malam ini Amanda terlihat sangat pucat dan ia sangat pendiam sekali. Ia hanya tersenyum saat aku bertanya dan ia pun tidak berkata apa-apa selain tersenyum. Kotak cincin didalam laci pun tidak bergerak-gerak lagi dan wanita aneh itu pun tidak meneleponku lagi. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Ternyata orang tua Amanda yang menelepon. Sebelum mengangkat telepon, aku mengecup kening Amanda yang sangat dingin seperti mayat pikirku.


Seakan-akan ada batu besar yang mengganjal di kerongkonganku saat aku mendengar informasi dari ayah Amanda. Ke dua kakiku seakan mati lemas dan mulutku kaku tidak bisa bergerak. Suaraku tidak bisa keluar dan aku merasa jantungku semakin cepat berdetak, dan mungkin sebentar lagi jantungku akan meledak.


“Egan kamu harus tabah ya? Mayat Amanda ditemukan disebuah sungai. Polisi setempat mengabarkan bahwa taxi yang ditumpangi Amanda tergelincir saat terjadi hujan deras pada malam hari, dua minggu yang lalu. Mayat Amanda beserta supir taxinya baru ditemukan kemarin siang.”Jelas ayah Amanda. Begitulah berita yang ku dengar. Dan aku pun teringat bahwa saat Amanda meneleponku disaat ia terjebak hujan deras, maka hari itulah hari terakhir Amanda di dunia. Keringat dingin mulai memenuhi wajahku. Dengan tatapan yang tajam, Amanda berjalan mendekatiku. Kakiku sama sekali tak bisa digerakan. Ku hanya bisa menatap kembali Amanda dengan tatapan yang penuh ketakutan.


“Egan, aku sudah kembali untukmu. Peluklah aku sekarang, aku ingin dipeluk olehmu saat ini. Aku sangat kedinginnan.” Ucap Amanda.


Saat tangannya akan menyentuh wajahku, tiba-tiba kulit wajahnya yang putih pucat itu tanpa diduga perlahan-lahan mengelupas. Lalu disusul dengan tangan, kakinya dan seluruh tubuhnya. Aku sangat ngeri melihatnya, akan tetapi aku pun merasa sangat sedih melihat wanita yang kucintai telah berubah menjadi sosok yang mengerikan. Dan tiba-tiba suasana pun menjadi gelap gulita dan aku pun tidak mengingat apa-apa lagi.


Keesokan paginya, aku dibangunkan oleh orang tua Amanda yang sudah berada disampingku. Kami pun berbincang-bincang mengenai kematian Amanda yang sangat tragis itu, tanpa menceritakan kejadian yang telah menimpaku tadi malam. Tiba-tiba terdengar suara beep dari komputerku yang menandakan bahwa ada email masuk. Aku pun segera melihat siapa yang telah mengirimiku email. Terkejut bukan kepalang, kembali lagi jantungku berdetak kencang dan pikiranku antara percaya tidak percaya. Si pengirim email itu mengirimku email dengan alamat email milik Amanda, dan dengan gemetaran aku pun segera melihat isi email tersebut.


Aku akan selalu mengingatmu. Mengingat tanggal pertunangan kita, tanggal 9 bulan 9 dan begitu pun tanggal jadian kita tanggal 9. 999, angka yang sangat menarik bukan?

Dan pukul 9 malam pula aku meneleponmu sayang, dan pada jam sekianlah aku mengalami kecelakaan yang menyebabkan diriku tewas. Aku mencintaimu selamanya, dan aku akan kembali untukmu…

Kekasihmu

Amanda


Begitulah isi pesan Amanda yang menbuat bulu kudukku berdiri. Tak terasa air mataku mengalir, walau jantungku masih berdetak kencang. Dan aku tidak pernah mengira bahwa Amandalah yang meneleponku pada jam sembilan malam. Aku sungguh tidak bisa memahami kejadian yang telah menimpaku ini.


Tiga hari kemudian, jenazah Amanda telah sampai dirumah duka. Dan sebelum dimakamkan, aku memakaikan cincin tunangannya kembali ke jari manisnya. Aku harus merelakan kepergian seorang wanita yang sangat aku cintai, lebih dari mencintai diriku sendiri.


Saat malam tiba, aku merasa sangat letih sekali. Aku pun berbaring diatas tempat tidurku dengan menatapi langit-langit. Tiba-tiba ponselku berdering. Saat ku melihat ponselku, ternyata nomor pribadi yang telah memanggilku. Aku langsung teringat akan wanita yang selalu meneleponku malam-malam. Tapi aku coba untuk tidak berpikir negatif. Aku pun segera mengangkat telepon tersebut.


“Haloo…” Jawabku. Tapi tidak terdengar suara apa-apa. Aku berulang kali menyapanya, tapi ia tetap tidak menjawabku. Dan saat aku akan menutup teleponku, tiba-tiba terdengar suara rintihan seorang wanita. Aku segera menempelkan kembali ponselku ditelinga.

“Egan….” Ucapnya

“A…amanda…” Aku sangat terkejut mendengar suaranya. Bagaimana mungkin ia bisa meneleponku kembali, bukankah jasadnya sudah dikuburkan? Atau ia tidak tenang di alam sana? Ada apa ini?


Aku segera mengalihkan pandanganku ke jam dinding dikamarku, dan ternyata….astaga! Jam itu menunjukkan bahwa sekarang adalah jam sembilan malam. Aku langsung membantingkan ponselku ke lantai. Tapi………ternyata ponselku terus berdering dengan nama pemanggil nomor pribadi.

“Tidaaaaaaaaaaaak………………!!!”

Created by Nalucu